Posted by: geotrekk | November 12, 2009

RIWAYAT SINGKAT BUNG KARNO

6 Juni 1901 di Lawangseketeng Surabaya, saat fajar menyingsing lahirlah jabang bayi Koeno yang kelak menjadi Soekarno, dari pasangan Ida Ayu Nyoman Rai Sarimben, seorang putri keturunan Kasta Brahmana., dari Banjar Balai Agung Singaraja Bali, dengan Raden Soekemi Sosrodiharjo, Putra Raden Hardjodikromo, seorang ahli kebatinan dari Tulungagung Jawa Timur.

1915

Tamat Europeesche Lagere School (ELS) di Mojokerto.

10 Juni 1921

Tamat Hogere Berger School (HBS) di Surabaya. Sewaktu HBS, ayahandanya menitipkan Soekarno kepada HOS Cokroaminoto seorang tokoh politik Nasional. Hal ini yang membuat Soekarno menekuni dunia politik, dan saat itu pula mulai masuk organisasi pergerakan pemuda bernama Trikoro Darmo yang kelak menjadi Jong Java.

15 Mei 1926

Soekarno berhasil menyelesaikan studinya di Technissche Hogere School (THS) Bandung dengan mendapat gelar Insinyur Sipil.

1926

Soekarno bersama kawan-kawannya mendirikan Algemeene Study Club di Bandung. Akhirnya Soekarno menemukan konsep Marhaen-marhaenis dan Marhaenisme. Oleh karenanya beliau disebut Bapak Marhainisme Indonesia.

4 Juni 1927

Ir. Soekarno bersama Mr. Iskak Cokrohadisoejo, Dr. Samsi Sastro Widagdo, Mr. Budiarto, Mr. Sartono, Mr. Soenarjo dan Ir. Anwari mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Pada kongres PNI yang pertama pada tahun 1928 di Surabaya, Perserikatan Nasional Indonesia berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) dan menerbitkan majalah “Suluh Indonesia”. Mulai saat itu Soekarno mengajarkan “Tri Logi” yang terkenal dengan “National Geest – Nationale Wil – Nationale Daad”

18 April 1930

Soekarno mengalami 19 kali persidangan selama 4 bulan. Soekarno manyampaikan Pleidoinya di hadapan Pengadilan Kolonial Belanda. Hakim Kolonial Belanda menjatuhkan hukuman 4 tahun penjara. Pleidoi Soekarno kemudian dibukukan dengan judul “Indonesia Menggugat”.

1 Agustus 1933

Karena pergerakan Politik dan artikel – artikelnya, Bung Karno dijebloskan dalam penjara Sukamiskin Bandung selama 4 bulan.

17 Pebruari 1934

Bung Karno dibuang ke Ende Flores. Berdasarkan Besleit Pemerintah Kolonial Belanda tertanggal 14 Pebruari 1938, pembuangan Bung Karno dipindah ke Bengkulu.

9 Maret 1943

Bung Karno dan Bung Hatta, Ki Hadjar Dewantoro dan K.H. Mas Mansur memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera).

1 Juni 1945

Bung Karno pidato dalam Sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau Bada Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia di Gedung Pejambon Jakarta. Dalam pidato tersebut Bung Karno mengemukakan gagasan-gagasan sebagai Philosofiche Gronslag yan digali dari budaya Bumi Pertiwi untuk Negara Indonesia Indonesia Merdeka. Oleh karenanya Bung Karno disebut sebagai “Penggali Pancasila” dan 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

8 Juni 1945

Bung Karno dipilih sebagai Ketua “Dokuritsu Zyunbi Linkai” atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

10 Juli 1945

Bung Karno memimpin siding BPUPKI ke-2 bertempat di rumah Bung Karno untuk menyusun Konstitusi Negara Indonesia yang akhirnya dinamakan Undang-Undang Dasar 1945 ( UUD – 45 ).

17 Agustus 1945

Bung Karno dan Bung Hatta mawakili seluruh rakyat Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia tepat hari Jumat pagi jam 10.00 di Gedung Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Bendera merah putih yang dibuat ibu Fatmawati berkibar ke angkasa diiringi lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Oleh karenanya Bung Karno dan Bung Hatta disebut Proklamator Kemerdekaan Indonesia.

18 Agustus 1945

PPKI mengangkat Bung Karno sebagai Presiden Republik Indonesia dan Bung Hatta sebagai Wakilnya berdasarkan aturan peralihan pasal 3 UUD – 45.

5 Oktober 1945

Dekrit Presiden membentuk Angkatan Perang. Pemerintah menegaskan kepada Mayor Urip Sumahardjo untuk membentuk Tentara Keamanan Rakyat serta mengangkat Soepriyadi dari Blitar sebagai Mentri Keamanan Rakyat (namun tidak pernah hadir dan tidak diketahui keberadaannya). Kemudian pada Konferensi TKR yang bermarkas di Jogjakarta bulan Nopember mengangkat Mayor Jendral Soedirman sebagai Panglima Besar TKR.

18 September 1948

Pemberontakan PKI meletus di Madiun dibawah pimpinan Muso. Maka Bung Karno menyerukan kepada masyarakat melalui radio untuk memilih Pimpinannya : …” pilih Soekarno – Hatta atau Muso dan PKI nya”. Akhirnya rakyat Indonesia memilih Soekarno – Hatta.

19 Desember 1948

Agresi Milter belanda ke II, Jogjakarta diduduki oleh tentara Kolonial Belanda.

Untuk menghadapi kemungkinan paling pahit, Bung Karno mengeluarkan 2 mandat yaitu:

  1. Mandat Presiden RI kepada Mr. Safrudin Prawira Negara (Mentri Kemakmuran) untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatra, jika pemerintahan dalam keadaan tidak dapat melaksanakan kewajibannya.

  2. Amanat Presiden RI dan Menteri Luar negeri RI kepada Dr. Soedarsono, Palar dan Mr. Maramis untuk membentuk “Exile Government” Pemerintahan Indonesia di India, jika Syafrudin Prawira Negara gagal membentuk Pemerintahan darurat di Sumatra.

Kedua surat tersebut dimaksudkan, meskipun Presuden dan Wakilnya dalam pembuangan colonial, tetapi Pemerintah RI tetap ada dan tidak pernah berpindah tangan. Kedua surat tersebut tertanggal 19 Desember 1948 pukul 06.00 dan dikirimkan melalui telegram ke Bukit Tinggi ke New Delhi.

Tanggal 22 Desember 1948 pukul 07.00 Kolonel Van Langer dan pasukannya menangkap Bung Karno dan dilarikan ke Medan bersama H. Agus Salim dan Sutan Syahrir. Sedangkan Bung Hatta dibuang ke Bangka bersama Mr. Moh. Roem, Mr. Assaat dan Komodor Udara Suria Darma. Dalam perjalanan dari istana Jogjakarta sampai Prapat, Bung Karno mengalami tiga kali usaha pembunuhan terhadap dirinya.

18 April 1955

Konferensi Asia Afrika I di Bandung, Bung Karno membuka dengan pidato yang berjudul “Lahirkanlah Asia Baru dan Afrika Baru”. Oleh karena itu KAA I mempunyai nilai sejarah, bagi kehidupan bangsa-bangsa di dunia.

Juli 1955

Bung Karno naik haji ke tanah suci.

5 Juli 1959

Dekrit Presiden yang berisi :

  1. Membubarkan Lembaga Konstituante. Karena sejak dilantinya konstituante (10 Nopember 1949 hingga 22 april 1959) lembaga tersebut tidak bias melaksanakan dan menyelesaikan tugas merumuskan UUD. Hal demikian sangat berbahaya bagi persatuan dan kesatuan bangsa, keselamatan Negara serta menghambat pembangunan semesta.

  2. berlakunya kembali UUD 1945 sebagai landasan konstitusional pada wilayah Republik Indonesia.

Dengan demikian Bung karno telah menunjukkan kepiawaiannya sebagai politisi besar yang menyelamatkan Negara Pancasiladan UUD 1945 tanpa pertumpahan darah dan tidak ada satu butir peluru pun yang meletus.

30 September 1960

Bung Karno pidato di depan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York Amerika Serikat. Bung Karno menyampaikan pokok-pokok pikiran yang menawarkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Piagam PBB. Pidato tersebut dikenal dengan judul “ To Build a New World” (Membangun Dunia Baru).

19 Desember 1961

Bung Karno memberikan komando pembebasan Irian Barat yang dikenal dengan Tri Komando Rakyat (TRIKORA),

  1. Gagalkan Pembentukan Negara Papua bikinan Negara Belanda.

  2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat.

  3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum.

Atas komando tersebut wilayah Irian Barat dalam waktu 1 tahun 4 bulan 13 hari sudah kembali ke pangkuan Republik Indonesia.

11 Maret 1966

Presiden Soekarno memberikan perintah kepada Menteri / Panglima Angkata Darat Letnan Jendral Soeharto yang lebih terkenal dengan istilah Supersemar yang berisikan :

  1. mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan kewibawaan pimpinan Presiden / Panglima Tertinggi / Pimpinan Besar Revolusi / Mendataris MPRS demi untuk keutuhan bangsa dan Negara Republik Indonesia dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.

  2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah, dengan Panglima Angkatan lain dengan sebaik-baiknya.

  3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawab seperti tersebut di atas.

Tetapi aplikasi Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang dilakukan Letnan Jendral Soeharto justru merupakan titik awal runtuhnya kekuasaan Soekarno dan berakhir secara tragis.

7 Maret 1967

Bung Karno dijerat Tap. MPRS No. XXXIII/MPRS 1967 hasil Sidang Istimewa yang dipimpin oleh AH. Nasution. Dalam pasal 6 menyebutkan : menetapkan penyelesaian persoalan hukum selanjutnya yang menyangkut Dr. Ir. Soekarno, dilakukan menurut ketentuan hukum dalam rangka mengakkan hukum dan keadilan dan menyerahkan pelaksanaannya ke Pj. Presiden. Namun pada sampai akhir hayatnya Bung Karno tidak ada Pengadilan yang membuktikan kesalahan Bung Karno dalam melaksanakan kekuasaan Pemerintahan. Maka sudah selayahnya Tap. MPRS XXXIII pasal 6 dicabut demi hukum dan kebenaran serta merehabilitir nama Bung Karno sesuai dengan ketentuan hukum.

21 Juni 1970

Bung Karno wafat dalam penderitaan yang sangat memprihatinkan dan dalam kondisi terbelenggu olah Tap MPRS XXXIII pasal 6 di Wisma Yaso. Sampai saat ini pun tidak ada pemerintahan yang peduli terhadap penderitaan Bung Karno. Namun rakyat berkata lain, sampai hari ini nama Bung Karno di rehabilitir oleh rakyatnya sendiri yang dicintainya dari seluruh penjuru tanah air, tak putus-putus menghentak-hentakkan doa yang tulus dan ikhlas sebagai luapan cinta kasih rakyat kepada Pemimpinnya.

Posted by: geotrekk | November 12, 2009

Api Watu Semar

Sabtu, 7 Nopember 2009

Pukul 8.00, suasana tampak sepi. Hampir-hampir tidak ada aktifitas mahasiswa. Gedung jurusan terkunci rapat. Hanya aktifitas “perkuliahan” di cak Tomo, menyediakan kopi hangat untuk memulai petualangan kali ini. Setelah kami berkumpul lengkap, segeralah kami berangkat ke Trawas, kabupaten Mojokerto. Sempat dua kali berhenti di pom bensin.

Pukul 10.30, kami tiba di pos pendakian Tamiajeng Trawas. Sarapan, menitipkan sepeda motor lalu segera berjalan memulai pendakian ke puncak Penanggungan. Di depan gedung Ubaya ada sekumpulan petugas berseragam. Satu satpam Ubaya, dua pegawai Ubaya dan satu polisi berseragam bebas. Anam, nama salah seorang pegawai Ubaya yang juga termasuk masyarakat setempat menghampiri kami. Obrolan itu berbuah kekecewaan, kami dilarang mendaki. Kabarnya seisi gunung terbakar. Memang dari jauh di bawah terlihat bukan gunung yang hijau lagi, semua sudah berubah hitam seperti bekas terbakar.

Pukul 12.00, kami singgah di mushola dekat situ. Teman-teman memenuhi kewajiban agamanya. Seperti mandapatkan sebuah hidayah, kami akhirnya memutuskan untuk pindah ke puncak Watu Semar. Lokasinya tepat dibawah gunung Welirang, di kawasan air terjun Dlundung. Dari jauh tampak lokasi itu berasap, sedangkan Penanggungan tidak. Disini permasalahannya hanya ijin. Sayang kami tidak membawa GPS atau kompas dan peta. Sampai di kawasan lokasi wisata air terjun Dlundung kami beli karcis masuk. Tujuh orang dan empat sepeda motor hanya dua puluh sembilan ribu rupiah saja. Menitipkan sepeda motor lalu langsung mulai mendaki. Bagaikan mesin diesel kami sungguh payah awal mendaki. Setelah berjalan cukup jauh, melewati sungai kecil, asap terlihat di depan menghalangi perjalanan. Suaranya seperti letusan senapan di medan perang. Semula kami

takut, tapi kaki ini semkain melangkah ke depan karena penasaran. Sebisa mungkin kami memadamkan. Pendakian ini sungguh kacau, tapi senyum mereka menylut mental.

Sampai di Semar, tidak seperti yang kulihat sebelumnya. Tampak abu dan asap dimana-mana. Asap ini sangat berbau, seperti bau adaptor terbakar. Kami pergi ke sumber air terdekat, seingatku di kawasan Gatot Kaca ada sungai kecil. Sebuah pohon besar kering terbakar hebat di depan kami. Mustahil untuk memadamkannya. Sungguh panas di dekat situ. Kami hanya bias membuat parit di sekelilingnya. Lalu kami tinggalkan untuk mencuci tangan dan mengisi air. Kembali ke gubuk di Watu Semar, kami persiapkan tempat untuk bermalam, setelah itu kami menikmati pemandangan yang hancur ini. Bendera sudah dibentangkan. Hingga kini pukul 17.00 kami sedang bercengkrama. Ngobrol di puncak Watu Semar, sentil sana dan sini. Tidak ada yang melarang dan sungguh bebas.

Pukul 19.00 akhirnya kami makan malam, setelah menunggu waktu beribadah. Suasana sangat dekat dan hangat walau diluar sangat dingin. Bau menyengat ini sangat mengganggu. Jika terlalu lama, mungkin 3-4 hari disini, kita bias terkena ISPA. Api sudah mulai padam. Tapi suhu semakin dingin.

Pukul 20.00 Syukron, Andika dan Aan sudah tertidur. Tampak raut kelelahan diwajahnya. Eko bermain dengan api. Ulum bercderita kisah Penanggungannya. Disebelah Barat, di atas bukit, warna merah menyala.patahan dahannya seperti suara senapan. Api di Selatan sudah mulai padam. Pukul 20.48 tampak semua mulai lelah. Satu persatu kami mulai tumbang. Api di sebelah Barat dekat gubuk kami mulai membara. Tapi tidak akan mendekati kami.

Minggu, 8 Nopember 2009

Pukul 04.30, pagi yang sangat sesak. Bau menyengat karbon sungguh mengganggu. Kami sempatkan momen cahaya merah dari Timur itu dan mengabadikannya. Pukul 05.30 kami sarapan. Sekedar roti dan susu coklat cukup untuk kebutuhan kalori hari ini.

Paling tidak sampai siang nanti, setibanya kami di desa. Kami bersiap kembali ke peradaban. Asap ini tidak menyenangkan. Kami harus segera turun.

Pukul 06.33 Syukron dan Andika mengambil air di sungai. Hendra, Eko, Ulum dan Aan tidur lagi. Padahal baru saja bangun 2 jam yang lalu, malah tidur lagi. Terdengar kicauan burung dimana-mana. Tuhan sedang mereklamasi tempat ini. Akan segera berganti dengan pohon yang lebih hijau dan kuat. Sebatang pangkal pohon masih terbakar, memberikan kehangatan di pagi ini. Semua tampak lebih hijau bila mata terpejam. Pukul 06.44, mereka yang mengambil air telah kembali. Syukron mengeluh kelelahan. Alih-alih mengambil air, ternyata dia mencari maskernya yang hilang.

07.15, kembali ke peradaban. Perjalanan terasa singkat sekali. Jalur pulang melewati sisi sebelah Timur bukit. Ada sebuah batu besar disana. Batu ini yang dinamakan Watu Semar. Kami sempatkan mengambil gambar disitu. Dibawah kami penuh abu pohon terbakar. Jalan amat begitu berdebu.

Pukul 08.20, kami tiba di wisata air terjun Dlundung. Seperti biasanya akhir pecan, begitu banyak orang disana. Kami beralih ke aliran anakan air terjun kembar. Ternyata sama saja. Kami bersih-bersih seadanya. Hingga kini pukul 09.05 kami diwarung, menikmati kopi hangat. Rasanya udara lebih segar di bawah.

 

Oleh : Brainca Tri Adhitya

Posted by: geotrekk | November 12, 2009

AKAR REVOLUSI ( Perbaikan Diri )

Perubahan besar dimulai oleh perubahan kecil yang terintegrasi secara sistematis dan berjalan dengan harmonis. Tidak mudah bukan berarti tidak mungkin dan tidak sanggup bukan berarti menyerah. Melihat pada ideologi negara kita Pancasila, dimana bangsa ini meyakini akan adanya Tuhan. Sementara itu, saya menilik bahwa rasa cinta datangnya dari Tuhan. Salah satunya cinta terhadap tanah air yang terimplementasikan dalam bentuk nasionalisme. Setiap orang memiliki jiwa nasionalisme, hanya saja belum terbangun atau tidak tahu berapa besar proporsinya. Semua ini tentang panggilan Ibu Pertiwi. Negeri ini butuh generasi yang mampu membuat perubahan besar bagi Indonesia.

Kembali bercermin pada usaha pahlawa-pahlawan yang berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Secara akal sehat, rasanya mustahil bisa merdeka. Betapa tidak, coba kita lihat apa yang mereka gunakan untuk beertempur. Pesawat tempur canggih? senapan mesin modern? tank-tank baja yang banyak? Atau kita percaya pada dukun dan kekuatan magis lainnya? Sejarah mencatat, pembacaan “teks kemerdekaan” itu setelah Jepang menyerah pada sekutu. Ya, menyerah pada sekutu, bukan pada bangsa Indonesia. Sejarah juga mencatat agresi militer Belanda terhadap Indonesia diakhiri dengan perundingan, bukan memukul mundur.

Saya meyakini bahwa kemerdekaan bangsa kita merupakan anugerah Tuhan buat negeri ini. Betapa seharusnya kita bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan berarti tidak menghormati mereka yang mati demi kemerdekaan. Itu semua terjadi karena mereka telah berani berjuang. Karena Tuhan selalu bersama dengan orang-orang yang berani. Berani menegakkan kebenaran dan keadilan. Membela hak-hak setiap bangsa untuk merdeka (pembukaan UUD’45).

Kalau Tuhan sudah memberi bangsa ini kemerdekaan, Ia pun akan memberikan bangsa ini perlindungan. Menjaga negeri ini tetap damai dan sejahtera. Generasi tua sudah akan berakhir. Saat ini, nasib bangsa ditentukan oleh kita ( mahasiswa ) sebagai generasi penerus. Segala usaha yang bisa kita lakukan, kita akan melakukannya dengan segenap hati demi negeri ini. Indonesia akan jauh lebih hebat, mampu bersaing dengan negara negara maju, bahkan lebih hebat dari mereka. Hanya saja ditangan siapa itu terjadi? Dan Apa kita akan menjadi bagian dari sejarah Negeri ini?
Saat ini, sebagai mahasiswa kita hanya dituntut untuk benar-benar menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi.

Tuhan bersama dengan kalian orang-orang berani. Berani berteriak lantang. Teriakan kebenaran sebagai suatu kebenaran. Tidak ada yang lebih puitis selain berbicara tentang kebenaran.

Oleh Brainca Tri Adhitya

GEOTREKK SURVEYVAL EXPEDITION TEAM Komunitas Pendaki Gunung Geodesi ITS Oleh : Brainca Tri Adhitya Suatu wadah bagi para mahasiswa Geodesi (Geomatika) ITS yang gemar mendaki gunung. Sebutan untuk para anggota Geotrekk adalah Geotrekker. Dari kata Geotrekk, Geo mawakili dari nama Geodesi (Geomatika) ITS, institusi para Geotrekker menuntut ilmu. Trekk di dalam tulisan bahasa Inggris memiliki arti, kegiatan di alam bebas yang terdiri dari kombinasi orientasi, navigasi dan kemping yang memegang asas-asas pelestarian alam (ecofriendly). Geotrekk memiliki slogan yang dapat memberikan citra komunitas ini dalam berkegiatan, berbunyi : KAHANANING MERU. Didalam bahasa Jawa kuno yang berarti suasana (pe)gunung(an). Surveyval, terdiri dari dua kata, survey dan survival. Survey secara sederhana, merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan di lapangan. Survival berarti bartahan hidup. Geotrekk merupakan wadah bagi para scientist, maka naluri berpikirnya haruslah ilmiah. Bidang seorang sarjana adalah berpikir, memberikan suatu perubahan kearah yang baik (inovasi). Jadi, kata Surveyval ditulis dengan tujuan agar Geotrekker memiliki naluri survey yang selalu survive. Expedition merupakan terminasi kegiatan ilmiah yang dilakukan secara sistematik dan simultan. Jadi sudah seharusnya Geotrekker yang notabene mahasiswa harus menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah. Seorang surveyor yang kehilangan naluri dasarnya (survey), sudah tidak dapat dipercaya lagi. Karena itu kami naik gunung, karena itu komunitas ini ada.

Posted by: geotrekk | September 2, 2009

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Categories